√ Sejarah Kerajaan Islam Di Kalimantan
Kerajaan Islam di Kalimantan ada 3 kerajaan yaitu kerajaan Banjar (Banjarmasin) Kerajaan Kertanegara ing Martadipura dan Kerajaan Pontianak, silahkan simak baik-baik penjelasannya di bawah ini yang akan aku jelaskan mulai dari letak kerajaan, sumber sejarah, dan kehidupan politik pada masa kerajaan-kerajaan tersebut.
1. Kerajaan Banjar (Banjarmasin)
Letak Kerajaan
Kerajaan Banjarmasin terletak di tempat Kalimantan Selatan, pusatnya di tempat hulu Sungai Nagara di Amuntai. Diperkirakan Kerajaan Banjar berdiri pada pertengahan era ke-16.
Sumber Sejarah
- Hikayat Banjar dan kronik Banjarmasin, menceritakan ihwal kehidupan di Kerajaan Banjar.
- Negarakertagama, menceritakan mengenai relasi Kerajaan Daha sebagai kerajaan sebelum Kerajaan Banjar dengan Majapahit.
Kehidupan Politik
Berikut ini yaitu raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Banjar.
- Sultan Suryanullah atau Raden Samudra (1520-1546 M) merupakan raja Banjar pertama, pada masa pemerintahannya ia meluaskan kekuasaan Kerajaan Banjar hingga ke Sambas, Batanglawi, Sukadana, Kotawaringin, Sampit, Madawi, dan Sambangan.
- Sultan Rahmatullah (1546-1570 M) adalah anak tertua Sultan Suryanullah, pada masa pemerintahan Sultan ini, Sultan Rahmatullah masih membayar upeti kepada Demak yang pada ketika itu sudah menjadi Kerajaan Pajang.
- Sultan Hidayatullah (1570-1595 M) yaitu anak Sultan Rahmatullah, pada masa pemerintahannya didampingi oleh Patih Kiai Anggadipa.
- Sultan Mahrum Panembahan dan Sultan Mustain Billah (1595-1641 M) pada masa pemerintahannya, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Amuntai. Nama Sultan Mustain sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan disekitarnya. Sultan Mahrum memiliki 50.000 prajurit, sehingga dengan kekuatannya tersebut, Kerajaan Banjar sanggup membendung imbas Mataram dan sanggup menguasai kerajaan-kerajaan yang ada di Kalimantan Tenggara. Akibat terbunuhnya pengusaha Belanda (Gillis Michielse-Zoon), pada tanggal 7 Juni 1906 terjadi perselisihan antara Kerajaan Banjar dan Belanda. Belanda menyerang Banjar dan Sultan Mustain memindahkan sentra kerajaan ke Kayu Tangi.
- Sultan Adam (1825-1857 M) pada masa pemerintahannya terjadi perselisihan baik kalangan intern kerajaan maupun dengan pihak Belanda dan Inggris. Sejak Sultan Adam wafat, Belanda selalu mencampuri urusan kerajaan. Pergantian kekuasaan banyak ditentukan oleh Belanda. Hal tersebut menjadikan kontradiksi antara anggota keluarga kerajaan serta keresahan diantara para tokoh dan masyarakat Banjar sehingga timbullah banyak sekali perlawanan terhadap Belanda. Antara tahun 1859-1863 merupakan puncak usaha Banjar. Dari perlawanan tersebut muncul tokoh-tokoh perlawanan menyerupai Pangeran Antasari, Pangeran Demang Leman, dan Haji Nasrun.
2. Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura
Letak Kerajaan
Letak Kerajaan Kutai Kartanegara di tempat Tenggarong, Kalimantan Timur. Pada awalnya kerajaan ini yaitu kerajaan Hindu yang diperkirakan berdiri pada era ke-14 dan pada era ke-16 berganti bercorak Islam.
Sumber Sejarah
- Hikayat Kutai, menceritakan ihwal riwayat Kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
- Negarakertagama, dalam kitab ini disebutkan relasi antara Majapahit dan Kutai Kartanegara.
Kehidupan Politik
Berikut raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
- Raja Mahkota (1525-1600 M).
- Sultan Aji Muhammad Muslihuddin (1739-1782 M).
- Sultan Aji Muhammad Slehuddin (1782-1845 M).
- Sultan Aji Muhammad Sulaiman (1854-1899 M).
3. Kerajaan Pontianak
Letak Kerajaan
Letak Kerajaan Pontianak terletak di Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Kehidupan Politik
- Syarif Abdurrahman Alqadrie (1771-1808 M) merupakan pendiri kerajaan Pontianak yang didirikan pada tahun 1771. Syarif Abdurrahman Alqadrie yaitu putra Sayid Habib Husein Alqadrie (pendakwah dan Hadramaut). Habib Husein yaitu tokoh yang sangat dihormati di Kalimantan Barat khususnya di Sukadana. Setelah meninggal ketokohan beliauditurunkan kepada Syarif Abdurrahman Alqadrie. Bersama dengan masyarakat yang menjunjungnya, Syarif Abdurrahman berpindah ke suatu tempat yang kemudian disebut Pontianak. Di Pontianak inilah Syarif Abdurrahman Alqadrie mendirikan keraton dan masjid agung.
- Syarif Kasim Alqadrie (1808-1891 M) pengangkatannya tidak terlepas dari campur tangan Belanda. Sebelum meninggal Syarif Abdurrahman telah menetapkan anaknya (Syarif Usman) sebagai penerusnya. Syarif Kasim diangkat dengan akad bahwa ia hanya menjabat selama 10 tahun. Namun Kenyataannya Syarif Kasim berkuasa hingga meninggal. Pada masa kekuasaannya Syarif Kasim mengizinkan Belanda untuk mendirikan Benteng Marianne's Oord di Pontianak (Benteng ini sering disebut juga Benteng du Bus).
- Syarif Usman Alqadrie (1819-1855 M) pada masa pemerintahannya ia meneruskan pembangunan Masjid Jami dan memulai pembangunan Istana Kadriah pada tahun 1855.
- Syarif Hamid Alqadrie (1855-1872 M) pada masa pemerintahannya wilayah Kerajaan Pontianak menjadi berkurang. Bagian Barat Sungai Kapuas sebagai sentra pemerintahan dan perdagangan Belanda diperluas. Hal tersebut merupakan upaya Belanda untuk mengecilkan tugas sultan.
- Syarif Yusuf Alqadrie (1872-1895 M) ia lebih dikenal sebagai penyebar agama Islam daripada sebagai raja.
- Syarif Muhammad Alqadrie (1895-1944 M) pada masa pemerintahannya terjadi perubahan yang sangat fundamental yaitu dihapuskannya syariat Islam dan diganti dengan aturan pidana dan perdata. Perubahan tersebut merupakan hasil campur tangan Belanda terhadap urusan kerajaan. Pakaian kebesaran Eropa mulai diresmikan di samping pakaian Melayu. Kekuasaan Syarif Muhammad merupakan peralihan dari kekuasaan Belanda kepada Jepang. Pada masa pemerintahan Syarif Muhammad terjadi kejadian Mandor, yaitu Syarif Muhammad dituduh bersekutu dengan Belanda dan dijatuhi eksekusi mati beserta dengan kerabat dan tokoh masyarakat Pontianak. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal. 28 Juni 1944.
Demikian artikel ihwal sejarah kerajaan Islam di Kalimantan ini, semoga artikel ini sanggup bermanfaat bagi semua orang.
Belum ada Komentar untuk "√ Sejarah Kerajaan Islam Di Kalimantan"
Posting Komentar