√ Dongeng Lengkap Nabi Adam A.S Dan Siti Hawa

Sebelum membuat Nabi Adam, Allah SWT. terlebih dahulu telah menimbulkan dua makhluk yang berakal, yaitu:
  1. Makhluk yang berupa malaikat.
  2. Makhluk yang berupa Banuljan/Iblis.

Adapun asal mula insiden kedua makhluk itu adalah:
  1. Malaikat dijadikan dari Nur (cahaya) suci yang berupa roh dan akal, namun tidak mempunyai nafsu. Oleh lantaran itu, malaikat tidak makan, minum, tidak beristri dan hidupnya semata-mata hanyalah melakukan perintah Allah SWT., yaitu ibadah.
  2. Banuljan dijadikan dari api, berbentuk sebagai manusia. Ia membutuhkan makanan, minuman dan beristri dan juga mempunyai keturunan yang banyak sekali.

Adapun Adam diyakini umat Islam sebagai salah satu dari para rasul Allah. Dalam Ensiklopedia Islam Indonesia susunan Tim penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1992) dikatakan bahwa umat Yhdi, Krstn, dan sebagian umat Islam memandang Adam sebagai insan pertama yang diciptakan Tuhan di permukaan bumi ini. Ia digelari sebagai bapak insan (abu al-basyar).

 terlebih dahulu telah menimbulkan dua makhluk yang berakal √ Kisah Lengkap Nabi Adam A.S dan Siti Hawa

Menurut pendapat itu, setelah Allah membentuknya dari tanah dan kemudian meniupkan nafas kehidupan kepadanya maka jadilah ia sebagai insan pertama.

Firman Allah SWT.:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ۖ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ

Artinya:
"Dialah Yang membuat kau dari tanah, setelah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kau masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)." (Q.S. Al-an'am: 2)


Sesudah Nabi Adam terwujud, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam. Semua malaikat bersujud, kecuali iblis yang merasa takabur, sombong, dan merasa lebih mulia daripadanya, lantaran iblis merasa bahwa dirinya dijadikan dari api, sedangkan Nabi Adam dijadikan dari tanah. Oleh lantaran itu iblis termasuk golongan kfr dan Allah AWT. mengusir Iblis dari surga.

Setelah terusir dari nirwana dan menerima kutukan dari Allah SWT., Iblis pun memohon kepada Allah supaya diberi kesempatan (minta dipanjangkan umurnya) untuk membalas sakit hatinya terhadap Adam. Dia beropini bahwa dirinya terusir dari nirwana lantaran Adam. Maka Allah SWT. mengabulkan ajakan Iblis itu sebagaimana difirmankan-Nya dalam surat Al-Hijr ayat 36-40 sebagai berikut:


قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ . قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ . إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ . قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ .

Artinya:
"Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku hingga hari (manusia) dibangkitkan," Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sebetulnya kau termasuk orang-orang yang diberi tangguh, hingga hari (suatu) waktu yang telah ditentukan," Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh lantaran Engkau telah tetapkan bahwa saya sesat, pasti saya akan menimbulkan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti saya akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka."

Adapun sujudnya para malaikat kepada Nabi Adam bukanlah sebagaimana sujudnya orang salat, tetapi sebagai bentuk ketaatan untuk memuliakan atau menghormati Nabi Adam.

Firman Allah SWT.:


إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ . فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

Artinya:
"(Ingatlah) saat Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan membuat insan dari tanah". Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kau tersungkur dengan bersujud kepadanya"." (Q.S. Shaad:71-72)

Nabi Adam Sebagai Khalifah di Bumi

Adapun Adam sebagai khalifah di muka bumi, disebutkan dalam Al-Qur'an firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya:
"Ingatlah saat Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menimbulkan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menimbulkan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kau ketahui"." (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Ketika Allah SWT. memberitahukan kepada para malaikat-Nya bahwa Dia akan menjadi Adam a.s. sebagai khalifah di muka bumi, maka para malaikat itu bertanya, "Mengapa Adam a.s yang akan diangkat menjadi khalifah di muka bumi, padahal ia dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan dari di bumi.

Para malaikat menganggap bahwa diri mereka patut memangku jabatan itu lantaran mereka selalu bertasbih, memuji, dan menyucikan Allah SWT."

Allah SWT. tidak membenarkan anggapan mereka dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh para malaikat itu. Apa yang akan dilakukan Allah SWT. ialah menurut pengetahuan dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi walaupun tak sanggup diketahui oleh para malaikat, termasuk pengangkat Adam a.s. menimbulkan khalifah di bumi.

Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam di bumi ialah kedudukannya sebagai khalifah atau wakil Allah SWT. di bumi ini untuk melakukan perintah-perintah-Nya dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya.

Dari pengertian ini, lahir lah ungkapan "manusia ialah Khalifatullah di bumi." Pengertian ini dikuatkan oleh firman Allah :

....يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ 

Artinya:
"Hai Daud, sebetulnya Kami menimbulkan kau khalifah (penguasa) di muka bumi,"


Sebagaimana kita ketahui bahwa Daud a.s. disamping menjadi nabi, Daud juga menjadi raja bagi kaumnya. Ayat ini merupakan dalil perihal wajibnya kaum muslimin untuk menentukan dan mengangkat pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu bagi seluruh kaum muslimin yang sanggup memimpin umat untuk melakukan hukum-hukum Allah di bumi ini.

Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pemimpin yang dimaksudkan itu, antara lain ialah adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmani, serta berpengalaman cukup dalam menjalankan hukum-hukum Allah SWT.

Adam Beristrikan Hawa

Karena Adam merasa kesepian, Allah membuat seorang insan (wanita) untuk menimbulkan taman Adam, yaitu Hawa. Setelah Hawa dijadikan sebagai istri Adam, Allah memerintahkan supaya Adam dan Hawa bertempat tinggal di surga, sebagaimana firman-Nya:

وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

Artinya:
"Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kau dan isterimu nirwana ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kau sukai, dan janganlah kau dekati pohon ini, yang mengakibatkan kau termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Baqarah: 35)

Di daerah itu (surga), Adam dan Hawa diberi kebebasan untuk memakan masakan apa saja yang disukainya, kecuali mendekati dan memakan sebuah pohon kayu (pohon khuldi). Jika Adam dan Hawa melanggar larangan itu, mereka akan menjadi orang-orang yang aniaya.

Setan yang mendendam terhadap Adam berdaya upaya untuk menarik hati Adam. Ia berkata, "Allah melarang kalian memakan buah ini supaya kalian tidak sanggup menjadi malaikat dan supaya kalian tidak betah tinggal di dalam surga." Untuk mengukuhkan tipu dayanya, setan bersumpah atas nama Allah sehingga tergelincirlah Adam dan Hawa terbujuk tipu dayanya.

Maka terbukalah bagi keduanya aib yang tersembunyi setelah menyadari kesalahannya, Adam dan Hawa pun menangis memohon ampunana, "Wahai Tuhan, kami telah menganiaya diri kami. Jika engkau tidak mengampuni dan menawarkan rahmat kepada kami, pasti masuklah kami ke dalam golongan orang-orang yang merugi."

Allah mengampuni keduanya dengan menawarkan beberapa doa (petunjuk) kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha peserta tobat dan penyayang. Dan sesuai dengan rencana Allah untuk menimbulkan Adam sebagai khalifah di muka bumi, maka keduanya pun diturunkan ke bumi dengan berlainan daerah dan jaraknya pun sangat jauh.

Merekapun saling mencari, kemudian bertemu setelah usang sekali berpisah, yaitu di Padang Arafah. Sampai sekarang, para jamaah haji diwajibkan untuk wuquf (berhenti) di daerah tersebut sebagai salah satu rukun haji.

Cerita Anak Adam, Qabil, dan Habil

Hawa melahirkan sebanyak dua puluh satu kali dan setiap kali melahirkan anaknya selalu kembar, yang terdiri atas seorang anak pria dan seorang anak perempuan, kecuali anak yang terakhir yang kemudian menjadi Nabi Syits.

Adapun anak nabi Adam yang tertua berjulukan Qabil dan saudara perempuannya Iklima. Yang kedua berjulukan Habil dan saudara perempuannya berjulukan Labuda.

Qabil mempunyai bentuk badan, wajah dan kulit yang anggun demikian pula saudara perempuannya Iklima. Sedangkan Habil dan Labuda berwajah buruk. Qabil dijodohkan dengan saudara kembarnya Habil, sedangkan Habil dijodohkan dengan saudara kembarnya Qabil. Akan tetapi, Qabil tidak mau mendapatkan perjodohan itu, dan memaksa untuk menikah dengan Iklima.

Untuk tetapkan kasus jodoh itu, Nabi Adam memerintahkan kedua anaknya berkurban untuk Allah. Siapa yang diterima kurbannya oleh Allah, dialah yang berhak menikahi Iklima.

Qabil berkurban dengan tanamannya lantaran ia seorang peladang, sedangkan Habil berkurban dengan kambingnya lantaran ia ialah seorang peternak.

Dari kedua kurban itu, yang diterima oleh Allah ialah kurbannya Habil. Setelah mengetahui kurbannya tidak diterima, Qabil berusaha untuk meniadakan adiknya. Ia mendatangi Habil yang sedang menggembala kambing di lereng gunung, kemudian meniadakannya.

ini diterangkan dalam Al-Qur'an:

فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya:
"Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap gampang membnh saudaranya, lantaran itu dibnhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi."

Setelah Qabil meniadakan Habil, ia merasa kebingungan untuk menguburkan mayit adiknya itu. Ketika itu Allah menunjukkan dua ekor burung gagak berkeliaran dan seekor di antaranya mati terbnh.

Gagak yang masih hidup itu menggali tanah kemudian menguburkan bangkai kawannya itu kemudian menimbunnya dengan tanah. Demikianlah, riwayat Qabil hingga sanggup menguburkan mayit saudaranya yang ditiadakan itu.

Menurut riwayat yang mashur, Nabi Adam mula-mula diturunkan di tanah Hidustan, sedangkan Hawa diturunkan di Jeddah. Keduanya bertemu kembali di Muzdalifah.

Adam meninggal di tanah Hindustan dalam usia 1000 tahun dan dikuburkan di sana. Satu tahun kemudian, wafatlah Hawa di Jeddah dan dikuburkan pula di sana.

Menurut hadis-hadis yang sahih, Nabi Adam dijadikan pada hari jumat dan diwafatkan pada hari jumat pula, mirip diturunkannya dia ke bumi. Beliau bertobat kepada Allah SWT. atas dosanya memakan buah khuldi itu pada hari jumat.

Nabi Adam a.s. Pecinta Ilmu Pengetahuan

Bila seorang akan menjadi pemimpin (khalifah), tentu saja ia harus mempunyai pengetahuan yang banyak lantaran pengetahuan inilah yang merupakan modal dasar untuk berbuat sesuatu untuk kemaslahatan yang dipimpinnya.

Demikian pula, Nabi Adam diberikan oleh Allah SWT. beberapa pengetahuan dan petunjuk hingga ia andal dalam banyak sekali aspek ilmu pengetahuan.

Tetapi ingatlah! sepandai-pandainya seseorang, tetapi ilmu pengetahuan yang dimilikinya itu tentu ada batasnya. Apabila dibandingkan dengan ilmu Allah, hal ini diibaratkan setetes air yang dibandingkan dengan laut, artinya ilmu Allah itu tidak terbatas dan ilmu insan sangat terbatas.

Firman Allah SWT.:

 وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya:
"Tidaklah Aku berikan ilmu kepada kau (manusia), kecuali sangat sedikit." (Q.S. Al-Isra: 85)

Pada ayat ini, Allah SWT. menegaskan bahwa ilmu Allah itu maha luas dan tidak sanggup dikirakan. Ilmu ini mencakup segala macam ilmu, baik ilmu perihal alam yang nyata, maupun ilmu perihal alam yang tidak nyata, baik sanggup dicapai oleh pancaindra maupun yang tidak dicapai oleh pancaindera.

Karena kasih sayang Allah kepada manusia, maka dianugerahkan-Nya-lah sebagaimana ilmu itu kepada manusia, tetapi hanya sebagian kecil saja, dan sangat sedikit bila dibandingkan dengan kadar ilmu Allah yang amat luas, mirip yang telah dijelaskan di atas.

Demikian pula Adam a.s. pun diberi pengetahuan sebagai bekal untuk menjadi khalifah di bumi ini dengan cara mengetahui nama-nama segala benda yang ada di sekitarnya, namun ilmu itu sangat terbatas. Apabila seorang merasa dirinya lebih pintar dan lebih mengetahui segalanya, berarti dia sombong dan termasuk teman setan. Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan mengutuknya.

Pelajaran dan Hikmah yang Terkandung dari Kisah Nabi Adam a.s.

  1. Semua insan berasal dari Nabi Adam a.s bukan dari monyet yang selama ini banyak dikatakan.
  2. Dosa Nabi Adam a.s. lantaran makan buah khuldi telah diampuni oleh Allah SWT. lantaran dia telah meminta ampun kepada Allah SWT.
  3. Iblis dan setan ialah nama sifat, sedangkan wujudnya sanggup berupa jin atau manusia.
  4. Ilmu yang dimiliki insan sangat terbatas, sedangkan ilmu Allah SWT. tidak terbatas dan mencakup segalanya.
  5. Ilmu diberikan kepada insan sebagai bekal hidupnya didunia.
  6. Setan meminta dipanjangkan umurnya kepada Allah untuk menipu dan memperdaya manusia. Hanya orang-orang kfr saja yang akan tertipu olehnya, sedangkan orang mukmin dan takwa mustahil tertipu oleh nya.

Demikian artikel mengenai kisah Nabi Adam dan Siti Hawa ini banyak pelajaran dan pesan tersirat yang sanggup kita ambil dalam dongeng tersebut. Semoga artikel ini sanggup menambah wawasan anda.

Belum ada Komentar untuk "√ Dongeng Lengkap Nabi Adam A.S Dan Siti Hawa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel