√ 5 Teori Masuk Dan Berkembangnya Agama Dan Kebudayaan Hindu-Budha Ke Indonesia
Salah satu bukti agama dan kebudayaan Hindu-Budha berkembang di Indonesia yakni dengan ditemukannya arca Buddha yang terbuat dari perunggu di kawasan Sempaga, Sulawesi Selatan. Menurut ciri-cirinya, arca ini menunjukkan langgam seni arca Amarawati dari India Selatan. Selain arca Sempaga, juga ditemukan arca di Jember, Jawa Timur dan dan di kawasan Bukit Siguntang Sumatra Selatan.
Di kota Bangun, Kutai Kalimantan Timur juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha tersebut menunjukkan ciri seni arca dari India Utara. Mengenai proses masuknya Hindu-Budha (Hindunisasi) di kepulauan Indonesia ini masih ada banyak sekali pendapat. Sampai kini masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan berkembangnya dampak Hindu-Budha di kepulauan Indonesia.
Berikut ini beberapa pendapat atau teori mengenai masuk dan berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia.
Di kota Bangun, Kutai Kalimantan Timur juga ditemukan arca Buddha. Arca Buddha tersebut menunjukkan ciri seni arca dari India Utara. Mengenai proses masuknya Hindu-Budha (Hindunisasi) di kepulauan Indonesia ini masih ada banyak sekali pendapat. Sampai kini masih ada perbedaan pendapat mengenai cara dan jalur proses masuk dan berkembangnya dampak Hindu-Budha di kepulauan Indonesia.
Berikut ini beberapa pendapat atau teori mengenai masuk dan berkembangnya agama Hindu-Budha di Indonesia.
1. Teori Brahmana
Van Leur merupakan tokoh utama yang melontarkan teori brahmana. Inti dari teori ini yaitu penyebaran agama dan kebudayaan India ke Indonesia dilakukan oleh golongan brahmana. Para brahmana ini tiba ke Indonesia atas usul para penguasa di Indonesia. Oleh lantaran itu, kebudayaan yang mereka bawa dan dikenalkan di Indonesia merupakan budaya golongan brahmana.
Setelah tiba ke Indonesia atas usul para penguasa, para brahmana itu juga memimpin pelaksanaan upacara vratyastoma. Upacara vratyastoma yakni upacara dalam agama Hindu yang dilakukan apabila ada seorang pengikut Hindu yang melaksanakan kesalahan sehingga beliau dikeluarkan dari kastanya.
Dia akan diterima kembali ke dalam kastanya apabila telah melaksanakan upacara vratyastoma. Pelaksanaan upacara vratyastoma dipimpin oleh seorang brahmana. Menurut Paul Whealty, para penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India dengan tujuan untuk mengangkat status sosial mereka.
Van Leur melandasi pendapatnya dengan keyakinan bahwa antara India dan Indonesia terjadi relasi perdagangan. Dalam relasi tersebut dimungkinkan bukan hanya orang-orang India yang tiba ke Indonesia, melainkan juga sebaliknya banyak juga orang Indonesia yang tiba ke India.
Dengan argumennya tersebut, Van Leur juga menyanggah adanya teori ksatria dan teori waisya dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Alasan Valn Leur tidak sependapat adanya kolonialis dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha lantaran kalau ada kolonialis berarti ada bukti penaklukan (oleh golongan ksatria).
Dengan begitu berarti ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Padahal hingga kini belum ditemukan sumber tertulis (prasasti) yang mendukung dan memuat insiden tersebut.
2. Teori Ksatria
Menurut R.C. Majundar, munculnya kerajaan atau dampak Hindu di kepulauan Indonesia disebabkan oleh peranan kaum Ksatria atau para prajurit India. Para prajurit diduga melarikan diri dari India dan mendirikan kerajaan-kerajaan di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara. Namun dalam teori yang dikemukakan R.C. Majundar ini kurang disertai dengan bukti-bukti yang mendukung.
Sampai dikala ini belum ada andal arkeolog yang sanggup menemukan bukti-bukti yang mengatakan adanya perluasan dari prajurit-prajurit India ke kepulauan Indonesia. Kekuatan teori ini terletak pada semangat untuk berpetualang para kaum Ksatria. Teori ksatria juga didukung oleh F.D.K. Bosch.
Menurut F.D.K. Bosch, pada masa lampau di India sering terjadi perang antargolongan. Para prajurit yang kalah kemudian meninggalkan India. Rupanya para prajurit tersebut ada yang hingga ke wilayah Indonesia. Para prajurit itulah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni gres sebagai tempat tinggalnya.
Di tempat gres tersebut terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. Teori ksatria memiliki kelemahan yaitu tidak adanya bukti tertulis bahwa pernah terjadi kolonialisasi oleh para ksatria India.
3. Teori Waisya
Teori waisya dikemukakan oleh N.J. Krom. Teori ini menyatakan bahwa kaum pedagang dari India selain berdagang juga membawa akhlak dan kebiasaan atau budaya negaranya. Menurut N.J. Krom, kaum pedagang merupakan golongan terbesar yang tiba ke Indonesia. Mereka pada umumnya menetap di Indonesia dan kemudian memegang peranan penting dalam proses penyebaran kebudayaan India melalui relasi dengan penguasa-penguasa Indonesia.
N.J Krom mengungkap adanya ijab kabul antara para pedagang tersebut dan perempuan Indonesia. Pernikahan tersebut dianggap sebagai susukan penyebaran dampak yang sangat penting dalam teori ini.
G. Coedes beropini bahwa yang memotivasi para pedagang India untuk tiba ke Asia Tenggara yakni cita-cita untuk memperoleh barang tambang terutama emas dan hasil hutan.
Kebenaran teori waisya ini diragukan, alasannya kalau para pedagang yang berperan terhadap penyebaran kebudayaan, maka pusat-pusat kebudayaan seharusnya hanya ada diwilayah perdagangan, menyerupai di pelabuhan atau di sentra kota yang ada di dekatnya. Kenyataannya, dampak kebudayaan Hindu ini banyak terdapat di wilayah pedalaman, menyerupai dibuktikan dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di pedalaman Pulau Jawa.
4. Teori Sudra
Di duga peperangan yang terjadi di India telah mengakibatkan golongan sudra menjadi orang buangan. Tori sudra menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya lantaran mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak.
Oleh lantaran itu mereka pergi dari India di antaranya tiba ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya. Hipotesis sudra didukung oleh Von van Faber.
5. Teori Arus Balik
F.D.K. Boasch yang sebelumnya mengemukakan teori ksatria, kemudian berubah pikiran. Hal itu sanggup terjadi lantaran beliau menemuka fakta-fakta baru. Bosch beropini bahwa golongan cendekiawanlah yang membawa agama Hindu-Budha ke Indonesia. Golongan Cendekiawan yang dimaksud yakni para pendeta atau biksu.
Teori ini didukung oleh sejarawan Van Leur. Menurut pendapat Van Leur, orang Indonesia juga berperan dalam proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha (India). Para pedagan yang berasal dari Indonesia tiba sendiri ke India lantaran ingin tau dengan kebudayaan India.
Mereka menetap dan berguru di India selama beberapa waktu, kemudian pulang kembali dan membawa agama dan kebudayaan India serta menyebarkannya kepada masyarakat setempat.
#Kesimpulan
Berdasarkan teori-teori tersebut sanggup ditarik kesimpulan bahwa masyarakat di kepulauan Indonesia telah mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya kerajaan yang bersifat Hindu-Budha. Dengan melalui proses akulturasi, budaya yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat pada masa itu diterima dengan menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat dikala itu.
Demikian artikel ihwal teori masuk dan berkembanya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia ini, biar artikel ini sanggup bermanfaat dan menambah wawasan anda.
Belum ada Komentar untuk "√ 5 Teori Masuk Dan Berkembangnya Agama Dan Kebudayaan Hindu-Budha Ke Indonesia"
Posting Komentar