√ Larangan Berbuat Kerusakan Di Bumi Dalam Surah Ar'rum, Al'araf, Dan Shad

Perbuatan merusak alam di muka bumi yaitu perbuatan yang sangat dihentikan oleh Al-Quran hal ini telah dijelaskan di dalam surah Ar-rum ayat 41-42 dan Al'araf. Tidak heran bila peristiwa terjadi dimana lantaran insan banyak yang tidak mematuhi perintah Nya. Silahkan simak klarifikasi lengkapnya berikut ini.

Perbuatan merusak alam di muka bumi yaitu perbuatan yang sangat dihentikan oleh Al √ Larangan Berbuat Kerusakan di Bumi dalam Surah Ar'Rum, Al'Araf, dan Shad


Q.S. Ar-Rum (30): 41-42

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ . قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ


Artinya:
Telah tampak kerusakan di darat dan di maritim disebabkan lantaran ulah tangan manusia, supaya Dia mencicipkan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, biar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka yaitu orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."

Manusia telah diberikan kebebasan oleh Allah untuk memanfaatkan alam ciptaan-Nya. Dengan ilmu pengetahuan yang kian maju dan teknologi canggih insan sanggup menggali kekayaan alam secara maksimal. Banyak industri dibangun, transportasi dan komunikasi ditingkatkan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Namun ironisnya, kemajuan teknologi pemanfaatan alam justru membutakan insan untuk menjaga kelestariannya. Bahkan melahirkan sifat tamak pada diri manusia. Karenanya banyak terjadi kerusakan alam, baik di darat maupun di maritim bahkan juga di udara. Terjadinya peristiwa banjir, dan tanah longsor dan juga kebakaran hutan yaitu akhir ulah perbuatan insan yang tamak.

Pencemaran air maritim yang memusnahkan satwa-satwa air, yang merupakan kekayaan alam, serta udara yang tidak lagi sehat lantaran tercemari oleh pembuangan limbah udara yang melebihi batas normal yaitu bukti ketamakan insan dan lemahnya kesadaran untuk menjaga kelestarian alam lingkungan hidup.

Manusia sebagai khalifah di bumi berkewajiban menjaga kelestarian alam demi kelangsungan hidup insan pada masa mendatang. Kebebasan memanfaatkan kekayaan alam yaitu anugerah yang besar dari Allah, yang tidak boleh diingkari dan tidak boleh disalahgunakan. 

Karena Allah menyediakan alam dan kekayaan yaitu sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya. Manusia tidak akan melaksanakan perusakan alam apabila mereka mengambil kekayaan alam sekedar mencukupi kebutuhan mereka untuk beribadah kepada Allah.

Sikap Sehari-hari yang Mencerminkan Penghayatan Q.S. Ar-Rum (30): 41-42

Sikap yang harus dimiliki menyerupai yang dibutuhkan dalam surah tersebut diantaranya:
  1. Memanfaatkan nikmat kekayaan alam ini sebagai sarana untuk taat kepada Allah swt.
  2. Memanfaatkan anugerah Allah yang berupa alam ini sesuai dengan petunjuk-Nya.
  3. Mengambil manfaat dari alam ini secara maksimal tanpa mengakibatkan kerusakan.
  4. Mengupayakan kelestarian lingkungan dengan segala kemampuan demi kelangsungan hidup manusia.
  5. Menyeimbangkan antara penggalian kekayaan alam dengan upaya kelestarian.
  6. Tidak membuang limbah sembarangan sehingga sanggup mengakibatkan lingkungan terkontaminasi dan tidak sehat, menyerupai tersumbatnya parit dan pencemaran air sungai, udara, dan laut.




Q.S. Al-A'Raf (7): 56-58

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ . وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ . وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ


Artinya:
"Dan janganlah kau membuat kerusakan di muka bumi, setelah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan keinginan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat akrab kepada orang-orang yang berbuat baik.
Dan dialah yang menghidupkan angin sebagai pembawa kegembiraan sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); sampai apabila angin itu telah membawa awan tebal (mendung), Kami halau ke suatu tempat yang tandus, kemudian Kami turunkan hujan di tempat itu, maka Kami keluarkan alasannya yaitu hujan itu pelpagi macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kau mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanaman tumbuh subur dengan seizin Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi gejala kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur."
Dalam Surah Al'Araf (7): 56 lebih mempertegas larangan kepada insan untuk berbuat sesuatu yang mengakibatkan kerusakan di muka bumi yang mengancam kelestarian alam lingkungan hidup, lantaran dampak negatifnya akan menimpa insan sendiri, yaitu akan memutus kemakmuran hidup bagi generasi yang akan datang. Allah membuat alam ini dengan seimbang (ekosistem).

Manusia dengan alam saling mempengaruhi. Rusaknya satu cuilan akan mempengaruhi cuilan yang lain.

Dalam ayat ini pula Allah menjelaskan bahwa Dia akan senantiasa menganugerahkan rahmat-Nya kepada muhsinin (orang-orang yang suka berbuat baik), mereka yaitu orang yang senantiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan selalu mensyukuri nikmat-nikmat Allah dengan cara memanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencari ridha-nya.

Pada ayat 57-58 Allah menegaskan bahwa Dia-lah yang meniupkan angin pembawa rahmat (hujan). Dia-lah yang menjadikan tanah yang mati (kering tak sanggup menumbuhkan tanaman) hidup kembali dengan siraman air hujan, sehingga sanggup kembali menumbuhkan buah-buahan serta tumbuhan yang hijau dan bermanfaat bagi manusia.

Proses hidupnya kembali bumi yang mati setelah tersirami air hujan yaitu citra mudahnya Allah menghidupkan insan yang telah mati untuk menuju mahsyar guna mempertanggungjawabkan semua amalnya selama hidup di bumi.

Mudah-mudahan insan sanggup mengambil peringatan dari klarifikasi ini.

Sikap Sehari-hari yang Mencerminkan Penghayatan Q.S. Al-A'Raf (7): 56-58

Berikut ini yaitu perilaku sehari-hari yang harus dimiliki setelah menghayati surat ini, diantaranya:
  1. Mempunyai perilaku peduli terhadap kelestarian lingkungan, yang diwujudkan dalam perbuatan kasatmata sehari-hari, menyerupai perawatan pada jalan, saluran, pagar, halaman, rumah, dan kamar mandi. Serta memperlihatkan derma dalam setiap perjuangan orang lain untuk kelestarian lingkungan.
  2. Berupaya tidak membuat polusi udara, maupun yang mengakibatkan pencemaran.
  3. Memanfaatkan kekayaan alam pemberian Allah yang berupa air, air hujan, dan tumbuhan sebaik-baiknya dan tidak tabzir.


Q.S. Shad (38): 27

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ  فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ


Artinya:

Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan wacana pencipta langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau membuat ini dengan sia-sia, maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Pernyataan ini sebagai bantahan terhadap anggapan orang-orang kafir bahwa langit dan bumi terjadi secara alami, tidak diciptkan oleh Allah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Mereka tidak percaya terhadap aliran Nabi untuk mengakui bahwa Allah itu Esa, tidak bersekutu dengan siapapun dan apapun.

Nabi Muhammad saw. mereka tuduh sebagai pendusta dikala dia mengingatkan lantaran akan azab menyerupai yang terjadi pada kaum 'Ad, taum Tsamud, kaum Fir'aun, kau Nabi Luth, dan penduduk Aikah, bahkan mereka menentang Nabi saw biar segera mendatangkan azab itu. Padahal siksa Allah tidak sanggup dihindari oleh siapapun apabila telah datang.


Demikian artikel tentang Larangan Berbuat Kerusakan di Bumi dalam Surah Ar'Rum, Al'Araf, dan Shad ini. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan anda.

Belum ada Komentar untuk "√ Larangan Berbuat Kerusakan Di Bumi Dalam Surah Ar'rum, Al'araf, Dan Shad"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel